Views: 108
Beberapa tahun lalu saya kuliah di sekolah milik negara dimana semua biaya kuliah hingga makan dan tidur di asrama ditanggung oleh negara. Pakaian yang digunakan untuk belajar pun menggunakan seragam layaknya seorang tentara yang sedang mengikuti pendidikan. Pokoknya perguruan tinggi ini berbeda dengan perguruan tinggi pada umumnya.
Ketika pertama kali masuk saya begitu kaget ketika malam-malam yang dingin saya bersama semua rekan-rekan satu asrama dibangunkan oleh para instruktur. Disuruh bergerak cepat berganti pakaian serta berkumpul di lapangan. Bentakan-bentakan serta tendangan-tendangan kaki instruktur ke lemari membuat kami semua takut dan bergegas mengenakan pakaian sebisanya. Ada yang lupa pakai kaos kaki, ada yang celananya terbalik, ada yang lupa pakai sepatu, hingga lupa tidakpakai baju sama sekali.
Selama 3 bulan pertama kuliah kami diperlakukan dengan sangat keras, dibenta-bentak, disuruh pushup, merayap.dan sebagainya. Terkadang kami merasa begitu lelah dan marah, apa maksudnya dari semua ini ? Kami kesini mau belajar, bukan untuk dimarahi. Demikian pikiran kami waktu itu.
Tiga bulan telah berlalu, setahun, empat tahun, hingga akhirnya saya lulus. Selanjutnya saya melamar pekerjaan di sebuah perusahaan swasta. Awal karir saya dimulai sebagai Management Trainee, dimana selain bekerja juga dilatih dan dididik dalam hal penerapan budaya kerja. Alangkah kagetnya saya ketika menghadapi kenyataan bahwa dunia kerja memerlukan proses yang cepat, disiplin yang tinggi.
Perusahaan ditempat saya bekerja selalu mengedepankan 3 hal penting dalam bekerja yaitu speed, service, dan culture. Speed berarti kecepatan dalam bekerja. Cepat disini bukan berarti cepat namun tergesa-gesa, akan tetapi cepat penuh perhitungan, serta cepat dalam berpikir dan mengambil keputusan. Para pekerja dituntut untuk dapat bertindak dan mengambil keputusan dengan cepat dan tepat dalam suatu kondisi darurat. Untunglah saya sewaktu kuliah dulu dilatih kerja cepat, walau waktu itu sambil dibentak-bentak oleh instruktur atau senior. Pekerjaan yang saya lakukan memang berbeda dengan dunia kuliah saya dulu, akan tetapi karena sudah terlatih bertindak cepat sewaktu kuliah, maka secara alamiah tingkah laku seperti itu terbawa ke dunia kerja.
Service berati melayani. Perusahaan tempat saya bekerja menuntut agar semua karyawannya dapat melayani pelanggan sepenuh hati, karena pelanggan adalah sumber pendapatan bagi perusahaan. Tanpa pelanggan perusahaan tidak akan maju. Lagi-lagi saya beruntung kuliah di di sekolah negara. Bukan hanya dibentak-bentak untuk bertindak cepat, akan tetapi juga disuruh kesana kemari oleh instruktur maupun senior. Terkadang suruhannya pun bagi kami waktu itu merasa tidak masuk akal. Mana ada taruna (siswa yang bersekolah ditempat itu dinamakan Taruna untuk siswa laki-laki, dan Taruni untuk siswa perempuan) disuruh nyuapin patung ?? Jengkel sekali saya waktu itu. Tapi perintah adalah perintah, tidak yang boleh membantah. Dipaksa sedemikan rupa untuk dapat melayani melaksanakan perintah tuannya dengan baik. Demikian pula halnya dengan perusahaan tempat saya bekerja ini, mengharuskan karyawannya untuk melayani pelanggannya serta kolega yang lain dan melaksanakan perintah atasan dengan sebaik-baiknya. Secara alamiah saya pun bisa mengatasi tuntutan itu.
Tempat kuliah saya itu memang terkenal dengan disiplin yang ketat. Salah sedikit disuruh push up, atau lari. Makin banyak salahnya terkadang disuruh merayap. Saya merasakan bahwa bersekolah di sekolah tersebut adalah luar biasa lelah. Bangun pagi-pagi untuk olah raga pagi, berbaris untuk upacara bendera, hingga malam menjelang berbaris untuk pengecekan siswa pun masih dilakukan. Begitu setiap hari saya lakukan, selama 4 tahun ! Bisa dibayangkan alangkah jenuhnya kegiatan seperti itu. Pepatah mengatakan “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Itulah yang saya rasakan saat ini. Setelah selama 4 tahun merasa lelah bersekolah di sekolah tersebut, akhirnya saat ini saya merasakan manfaatnya yang luar biasa. Hal ketiga yang harus dipunyai oleh karyawan di perusahaan tempat saya bekerja adalah culture. Culture berarti budaya. Budaya disini adalah budaya kerja keras, budaya disiplin, dan budaya tekun. Budaya yang selama ini secara tidak sadar telah saya latih sendiri bebrapa tahun yang lalu sewaktu kuliah.
Pada akhirnya saya menyadari dan merasa beruntung bahwa bersekolah bukan hanya untuk mengisi pengetahuan semata, akan tetapi sebagai wahana untuk melatih diri dalam bertindak cepat, melakukan pelayanan yang baik, hingga akhirnya membentuk karakter diri yang memiliki budaya kerja yang baik serta disiplin yang tinggi. Bersyukurlah anda apabila sewaktu sekolah masih ada guru yang membentak-bentak anda ataupun menyuruh anda, lebih beruntung lagi apabila anda menyadari bahwa ketika anda dimarahi atau dipaksa untuk melakukan sesuatu, anda sadar bahwa guru anda sedang melatih anda agar tangguh menghadapi rintangan dunia kerja maupun kehidupan bermasyarakat.
Apapun bentuk kerjanya ataupun usahanya, Speed, Service, dan Culture) akan selalu ada, dan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan anda. Oleh karena itu persiapkan diri anda agar selalu bergerak cepat dalam berpikir dan bertindak, selalu ikhlas dalam melayani setiap orang, serta latih diri anda dari sekarang untuk memiliki karakter diri yang memiliki budaya kerja yang baik dan berdisiplin.