Views: 26
Jika anda adalah seorang pengusaha retail atau mungkin berperan menjadi seorang pelanggan suatu bank, barangkali anda pernah menemukan seseorang yang menyerobot antrian transaksi. Tanpa melihat orang lain yang mengantri, mereka berkata kepada customer service untuk dilayani terlebih dahulu dengan alas an karena sedang buru-buru. Tentu saja pihak Customer Service menolaknya dan menjelaskan untuk mengikuti antrian. Akan tetapi dengan pongahnya mereka justru marah-marah dan memaki dengan alas an pelayanan yang buruk, tidak tahu kepentingan orang, dan lain sebagainya. Padahal justru mereka lah yang berada di posisi yang salah.
Pada kesempatan lain anda menemukan seorang customer yang melakukan complain dengan nada suara meninggi dan marah-marah karena produk yang dibelinya mengalami kerusakan. Setelah di cek oleh pihak Customer Service, ternyata kesalahannya bukan pada produk tersebut, melainkan pada kesalahan penggunanya. Perusahaan bersedia membantu memperbaiki kerusakan tersebut dengan syarat membayar biaya perbaikan. Akan tetapi customer tersebut marah-marah dan merasa bahwa dirinya ditipu dan dirugikan karena membeli barang yang rusak dan tidak bergaransi. Mereka marah-marah hingga suaranya membahana di seisi ruangan yang membuat seluruh orang melihat tingkahnya. Mereka merasa benar sendiri,padahal sebetulnya mereka berada di posisi yang salah.
Itulah yang namanya uneducated customers. Uneducated customers biasanya adalah orang-orang awam yang cenderung kurang dalam pendidikan, dan kontak social. Akibatnya apa yang mereka lakukan biasanya adalah tindakan yang bersifat egois.Mereka kurang mampu untuk mengendalikan dan menggunakan logikanya ketika mereka mengalami masalah. Mereka menutupi kekurangmampuan tersebut dengan menggunakan kata-kata bernada tinggi dan penuh emosi.
Untuk menangani uneducated customers ini, perlu kesabaran yang sangat tinggi oleh para karyawan-karyawan di garis depan. Penjelasan yang disampaikan harus extra hati-hati dan sabar, jangan membuat mereka tersinggung atau semakin marah. Sebab jika tersinggung atau semakin marah, maka bukan solusi yang akan diperoleh, melainkan kekacauan dalam pekerjaan. Bagaimanapun mereka adalah pelanggan, jika hatinya tidak terbeli, mereka akan menganggap pelayanan kita buruk, dan mereka akan mengatakannya kepada teman-temannya, yang pada akhirnya justru merugikan citra negative perusahaan kita. Kemampuan komunikasi yang baik harus dimiliki oleh seorang customer service atau para pramuniaga untuk menghadapi customers seperti ini.
Berbeda halnya dengan educated customers. Educated customers adalah kebalikan dari uneducated customers. Biasanya mereka adalah orang-orang yang berpendidikan lumayan tinggi, sehingga mampu mengendalikan emosinya dan menggunakan logikanya secara benar. Mereka memahami kebutuhan dan kepentingan orang lain di samping kepentingan pribadinya. Mereka bersedia mengantri walau sebenarnya mereka diburu oleh waktu, karena ia memahami bahwa orang lain pun berada di posisi yang sama. Logikanya berkata bahwa ia mengantrilama adalah karena kesalahannya sendiri karena dating terlambat. Kesalahan dirasakan oleh dirinya sendiri, bukan ditimpakan kepada orang lain.
Berhadapan dengan educated customers justru lebih mudah. Para customer service atau pramuniaga tidak perlu membuang energy yang banyak untuk menjelaskan suatu produk. Dengan sedikit penjelasan saja mereka sudah mengerti maksudnya. Akan tetapi perusahaan pun harus berhati-hati dalam menghadapi educated customer ini. Yang paling penting adalah jangan sampai membohongi mereka. Jika mereka dibohongi, maka akan berakibat fatal, dan mereka akan tahu jika mereka dibohongi. Melakukan kebohongan kepada educated customers akan lebih membahayakan kelangsungan hidup usaha yang dijalankan, sebab mereka bisa jadi memiliki relasi-relasi yang luar biasa bagus dan berpengaruh. Pendapat mereka tentang layanan yang mereka terima dan dibumbui dengan bahasa yang cerdas akan lebih dapat mempengaruhi orang lain.
Pelayanan yang benar terhadap dua jenis customers ini akan memberikan keuntungan kepada brand image usaha kita, namun sebaliknya,jika pelayanannya keliru, maka keduanya akan menjadi boomerang dan pembunuh bisnis kita, walaupun kita tahu bahwa bisa jadi sebenarnya merekalah yang melakukan kesalahan. Karena itu berhati-hatilah dalam melayani pelanggan. Persiapkan para karyawan dengan ilmu pelayanan pelanggan yang cukup dan memperbanyak latihan melayani.