Category Archives: Marketing

10 Hukum Marketing di Social Media

Visits: 19

Anda ingin menjajal keampuhan melakukan marketing di social media. Atau Anda sudah melakukannya tapi hasilnya belum memuaskan. Sebenarnya faktor – faktor apa saja yang mesti diperhatikan agar aktivitas marketing Anda berhasil di social media? Berikut ini adalah 10 hukum marketing di Social Media dari Susan Gunelius, pakar marketing, branding, dan social media yang berpengalaman menangani perusahaan – perusahaan multinasional.
1. Hukum Mendengarkan
Untuk meraih sukses di social media membutuhkan lebih banyak mendengarkan dan sedikit bicara. Bacalah konten dari target audiens online Anda dan ikut berdiskusi untuk mempelajari hal – hal penting buat mereka. Dengan demikian Anda bisa menciptakan konten dan memicu percakapan yang bermanfaat buat mereka.
2.Hukum Fokus
Lebih baik untuk fokus pada satu bidang bisnis, dari pada menekuni berbagai bidang usaha (a jack of-all trades). Fokus yang terarah pada social media dan strategi konten marketing untuk membangun merek yang kuat memiliki peluang yang lebih baik untuk berhasil ketimbang strategi yang melebar, karena tidak jelas solusi apa dan kompetensi yang ditawarkan.
3. Hukum Kualitas
Kualitas mengalahkan kuantitas. Lebih baik memiliki 1.000 target audience yang dengan setia membaca, berbagi dan membicarakan konten Anda daripada punya 10.000 audience yang cuma sekali berhubungan dengan Anda dan setelah itu menghilang.
4. Hukum Kesabaran
“There is no shortcut to success”. Ya, tidak ada jalan pintas untuk sukses di dunia maya. Di sini dituntut kesabaran dan komitemen Anda memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk audiens Anda.
5. Hukum Viral
Jika Anda mempublikasikan sesuatu yang menakjubkan dan konten yang berkualitas untuk follower atau audiens Anda, mereka akan menyebarluaskannya ke rekan – rekan mereka di Twitter, Facebook, Linkedin, atau menuliskannya di blog mereka.
Dampak lanjutannya, konten Anda akan menjadi entry point baru di mesin pencari Google. Lewat mesin pencari ini pesan Anda akan menyebarluas seperti virus, ribuan atau jutaan orang akan mengakses konten Anda.
6. Hukum “Influencers”
Luangkan waktu untuk mencari influencers online. Mereka adalah audience berkualitas yang mungkin akan tertarik dengan produk atau layanan Anda. Jagalah hubungan baik dengan mereka. Jika Anda mendapat respon positif dari influencer, maka influencer akan merekomendasikan produk dan layanan Anda kepada pengikut mereka.
7. Hukum Manfaat
Jika Anda menghabiskan waktu Anda di social web hanya untuk mempromosikan produk atau layanan Anda, maka audiens akan meninggalkan Anda. Anda harus memberikan sesuatu yang bermanfaat dalam percakapan di social media. Sedikit bicara dan lebih banyak menciptakan konten yang menakjubkan serta membangun relasi dengan para influencer. Pada waktunya nanti, mereka akan menjadi brand ambassador  yang melakukan word-of-mouth marketing.
8. Hukum Pengakuan
Jangan mengabaikan orang – orang yang telah meluangkan waktu untuk mengakses konten Anda. Siapa pun mereka, mereka ingin dihargai. Karena itu sangat penting untuk tetap menjaga hubungan baik dengan mereka.
9. Hukum Aksesibilitas
Jangan mempublikasikan konten, namun kemudian menghilang begitu saja. Anda harus selalu hadir untuk audiens. Itu artinya Anda harus konsiten meng-create konten dan aktif dalam percakapan. Pengikut online cepat sekali berubah pikiran dan mereka tidak akan ragu untuk mendepak Anda dari list pertemanan jika tidak aktif berkomunikasi.
10. Hukum Timbal Balik
Kalau konten Anda ingin diperbincarkan dan disebarluaskan para warga dunia maya, Anda juga jangan pelit – pelit melakukan hal yang sama untuk mereka. Jadi, alokasikan waktu Anda di dunia maya untuk ikut memperbincangkan dan berbagi konten milik orang lain.
Klik disini untuk versi Bahasa Inggris.

Social Media Marketing

Visits: 19

Belakangan ini kita diperlihatkan pada euforia penjualan telepon seluler (ponsel) yang tak seperti biasa. Kalau sebelumnya orang hanya memilih Nokia, Sony Ericsson, Samsung, LG, atau Motorola, sekarang kenyataan berbicara lain. Konsumen Indonesia beramai-ramai asyik memilih ponsel merek lokal—walau tak satu pun diproduksi di dalam negeri, seperti HT Mobile, ViTell, StarTech, Mito, My-G, dan lain-lain, karena faktor model, kelengkapan fitur, dan harga yang ditawarkan.
Sebagai marketer—tanpa dijelaskan pun—tentu sudah tahu apa alasan besarnya, yakni karakteristik pasar. Sudah sering dibahas bahwa pasar dalam negeri suka sekali bergaya, sehingga kalau tidak mampu membeli Blackberry—yang harganya mahal, mengutak-atik ponsel mirip Blackberry pun tidak masalah. Yang penting gaya.
Kemudian, kelengkapan fitur juga memiliki pengaruh besar terhadap permintaan ponsel merek lokal. Kenapa? Karena konsumen senang sekali apabila ponselnya dianggap canggih, meski tak semua fitur dipergunakan. Tetapi, lupakan soal itu. Sebab ada yang lebih berpengaruh lagi dibanding semua itu, yakni Facebook.
Betul, Facebook. “Hantu” yang satu itu memang cukup luar biasa keberadaannya. Bayangkan, saat ini sudah ada sekitar 15,3 juta orang (data: e-marketer) terdampar dalam Facebook. Padahal, satu bulan sebelumnya (Desember 2009), anggota Facebook tercatat masih 13,8 juta. Sebuah lonjakan yang fantastis.
Para pemasar, saya yakin Anda juga termasuk salah seorang yang hanyut di “danau” Facebook. Setiap orang memiliki kedudukan dan hak yang sama untuk menyampaikan informasi, pendapat, atau apa pun, secara dua arah. Semua yang terlibat bisa saling beradu argumen dengan bebas di alam keterbukaan ini.
Kekuatan Jejaring
Harus diakui bahwa antara kehadiran Facebook dan larisnya ponsel merek lokal akhir-akhir ini terdapat korelasi yang erat. Booming Facebook sebagai media jejaring sosial (social media) telah membuat bangsa ini “gila” terhadap puji-memuji, bantah-membantah, dukung-mendukung, cela-mencela, dan lain sebagainya.
Tetapi di dalam benak pemasar, bukan itu yang paling penting. Yang paling penting adalah bagaimana manfaatkan sumber kegilaan semacam itu menjadi media beriklan paling efektif sejagad ini. Istilahnya, menjadikan Facebook sebagai social media marketing, yaitu strategi pemasaran yang dilakukan melalui media jejaring sosial.
Tidak hanya Facebook dan kawan-kawannya. Website, Blog, microblog, photo sharing, dan video sharing juga termasuk dalam kategori social media marketing. Alasannya, mereka sama-sama bersifat ”dari anggota untuk anggota dan dari anggota untuk semua”, juga bersifat dua arah.
Enaknya, karena memiliki anggota atau pembaca yang jelas, para pakar pemasaran menilai menggunakan social media marketing akan lebih efektif daripada cara-cara promosi konvensional. Ya, akan lebih efektif, karena: pertama, anggota atau pembaca atau pengakses media jejaring sosial itu jumlahnya sudah banyak. Kalau belum? Jika masih sedikit, jelas tidak akan efektif. Sama seperti beriklan di surat kabar atau majalah. Jumlah tiras akan menjadi pertimbangan khusus bagi para pengiklan.
Kedua, tingkat penetrasi pasar yang lebih mudah karena semua orang kini tidak lepas dari internet.
Ketiga, biaya murah melalui iklan online. Dewasa ini internet dijejali dengan iklan-iklan yang sudah memiliki brand maupun yang baru melakukan ekspansi. Dan cara pembuatannya pun sangat mudah, bahkan tidak perlu sekolah tinggi untuk membuat suatu gambar iklan yang ditempel di suatu web.
Lebih Akrab
Ada satu contoh menarik dalam penerapan social media marketing yang diterapkan produsen komputer Dell dan bisa ditiru oleh perusahaan-perusahaan lain. Melalui IdeaStorm (website-nya), perusahaan asal Amerika Serikat tersebut menjalin kedekatan dengan pelanggan, mengeruk keluhan-keluhan dari mereka, menunggu kritik dan saran, juga menginformasikan hal apa pun yang ditawarkan perusahaan.
Karena sudah tidak ada batasan lagi mengenai status ”siapa pemilik” dan ”siapa tamu” IdeaStorm—karena produsen Dell dan konsumennya dapat bercampur baur di dalamnya tanpa sekat—maka kedua pihak akan saling diuntungkan. Dell dapat mempromosikan produknya secara langsung ke target market, atau setidaknya ke banyak orang yang sudah merasa menyatu dengan IdeaStorm, sehingga sasaran yang dituju betul-betul tepat.
Itu yang pertama. Yang kedua, Dell dapat mengetahui atau menerima langsung keluhan-keluhan yang disampaikan oleh konsumennya. Keluhan-keluhan itulah yang kemudian menjadi bahan Dell untuk melakukan perbaikan ke depan. Wadah ini sekaligus juga mengarahkan kepada pasar bahwa jika mempunyai keluhan atas kualitas produk dan lain-lain, sampaikan saja ke Dell secara langsung. Jangan ke media massa yang lebih terbuka dan cenderung merugikan.
Ketiga, dengan social media marketing seperti IdeaStorm, Dell mampu mempengaruhi calon konsumen untuk menjadi konsumen, konsumen menjadi pelanggan, pelanggan menjadi pelanggan loyal, dan akhirnya pelanggan loyal itu benar-benar jatuh hati hingga merasa memiliki “kekasih pujaan yang satu ini”. Kalau sudah begitu, Dell tinggal memetik buah cintanya dengan pelanggan.
Saya kira contoh itu sudah cukup jelas menggambarkan bagaimana manfaat penerapan social media marketing di masa yang akan datang, entah melalui jejaring sosial, website, blog, microblog, atau video sharing sekali pun. Jadi, seiring dengan berkembangnya zaman, mendekati dan mendekatkan diri kepada konsumen melalui social media marketing adalah satu pilihan yang lain.

Klik disini untuk versi Bahasa Inggris

Pentingnya Data Bagi Dunia Marketing

Visits: 14

Bayangkan, pemerintah yang memiliki kekuatan dan kemampuan besar untuk menggali data pun seringkali pusing mencari data, apalagi bisnis yang mengandalkan data dari pemerintah?
Memang, setiap kali membuat perencanaan pemasaran, salah satu hal yang membuat orang pemasaran pusing adalah soal data. Mereka selalu bingung, data semacam apa yang harus mereka cari untuk dijadikan dasar pembuatan perencanaan pemasaran. Kalau pun mereka tahu data apa yang harus mereka cari, pertanyaan berikutnya adalah, dimana mereka harus mencari data tersebut.
Mencari data memang ibarat mencari jarum di tengah jerami. Kalau Anda hanya sendirian mencarinya, tidak akan ketemu. Namun kalau Anda mempergunakan banyak orang sebagai team work untuk mencari, kemungkinan menemukannya pun jauh lebih besar. Jadi, mungkin bukan susah mencarinya tapi biaya untuk mencarinya bisa besar sekali (karena Anda membutuhkan lebih banyak usaha). Itu pun belum tentu menghasilkan data yang 100 persen akurat. Contoh paling sering yang ditanyakan oleh para pemasar adalah bagaimana mencari data market share.
Mengapa tidak mudah bagi para pemasar untuk mencari data market share? Lihat saja, 70 persen channel distribusi (untuk consumer product) mempergunakan channel tradisional seperti toko kelontong, pasar, asongan, dan lain-lain. Channel seperti ini banyak sekali dan titiknya tersebar di mana-mana. Jika Anda ingin melakukan pengumpulan data relatif lebih sulit dan lebih lama dibandingkan di negara maju. Pedagang kecil mana punya data yang canggih? Semua penjualan ditulis ke dalam buku tulis. Bahkan pedagang asongan pun hanya mencatat di selembar kertas bekas bungkus rokok.
Pada negara-negara maju, sebagian besar ritel disana sudah mempergunakan teknologi informasi seperti barcode sehingga kuantitas dan nilai penjualan pun dengan cepat terdokumendasi. Makanya di sana data market share bisa cepat diketahui.
Lucunya, kadang-kadang kita menemukan data yang kita inginkan secara tidak sengaja. Seorang pemasar pernah ingin mencari tahu berapa pertumbuhan industri dari produk yang dijualnya. Berminggu-minggu keluar masuk departemen, namun hasilnya tidak pernah ada.
Akhirnya, jawabannya ditemukan lewat sebuah koran yang sudah mau dibuang. Di dalam koran tersebut ada pernyataan dari Dirjen Pajak yang mengeluarkan statement bahwa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di sektor industrinya bertumbuh tahun lalu sebesar 7 persen. Artinya, kalau diasumsikan industri dimana dia memasarkan produknya kira-kira bertumbuh 7 persen. Lumayan juga untuk memperkuat perencanaan, sekalipun menemukannya di tong sampah!
Dalam dunia marketing research ada dua jenis penggalian data. Pertama adalah data yang digali lewat sumber-sumber yang bersifat primer. Contohnya adalah data dari konsumen langsung. Kedua adalah data yang digali dari sumber yang bersifat sekunder. Artinya, data diperoleh dari pihak lain yang telah melakukan penggalian data. Contohnya adalah melalui kantor-kantor pemerintah, bank dan lain-lain.
Menggali data lewat sumber primer relatif memang jauh lebih mahal. Anda harus mempergunakan tim pencari data yang cukup besar. Sebaliknya, untuk menggali data sekunder, Anda hanya membutuhkan sedikit orang yang ke luar masuk institusi untuk meminta data. Hanya saja di Indonesia, kredibilitas data sekunder seringkali menjadi pertanyaan.
Hal yang sering menjadi masalah dalam penggalian data adalah kejujuran dari subyek data. Banyak perusahaan yang sering low profile ketika berhubungan dengan pihak pajak, namun menjadi high profile ketika berbicara untuk urusan publikasi. Artinya, penjualan di laporan pajak dikecil-kecilkan, namun kalau diwawancara angkanya dibesar-besarkan. Dalam kasus BLT pun, banyak orang yang mengaku-aku termasuk golongan miskin ketika ditanya. Makanya bantuan akhirnya bisa salah sasaran.
Di sisi lain, masih banyak pelaku bisnis yang kurang menghargai data. Melihat kasus sang pemasar itu, berapa sih sebenarnya nilai data tersebut? Kalau dilihat cara dia menemukan data tersebut di tong sampah, data tersebut barangkali tidak akan dinilai tinggi. Contoh lain, banyak pelaku bisnis melihat ukuran data dari tebalnya laporan data. Semakin tebal semakin mahal. Tapi kalau cuma selembar, apalagi cuma satu angka berarti semakin murah. Tapi cobalah melihat proses yang harus dijalani selama berhari-hari untuk mencari satu angka tersebut, barangkali si pemasar rela mengeluarkan satu juta rupiah ketimbang opportunity lost yang terjadi gara-gara mencari data.
Dengan berbagai masalah ini, pada akhirnya orang-orang pemasaran lebih sering mempergunakan banyak asumsi data ketika melakukan perencanaan. Bahkan yang lebih ekstrim, ada yang tidak percaya data sama sekali dan mengandalkan pada insting. Bagaimanapun, insting kadangkala memang benar sekalipun tidak selalu benar. Adanya data sebenarnya lebih bertujuan untuk memperkuat keyakinan dibandingkan menjadi alasan untuk menjalankan strategi. Tapi kalau terlalu banyak asumsi, ya lebih baik mempergunakan strategi yang bersifat langsung.
Klik disini untuk versi Bahasa Inggris.

Pengertian Segmentasi Pasar

Visits: 26

Bagi suatu perusahaan tidaklah mudah untuk memuaskan semua orang. Jumlah konsumen yang begitu banyak, berpencar dan beraneka-ragam tuntutannya membuat perusahaan harus selektif dalam menawarkan produk atau jasanya kepada kelompok-kelompok konsumen yang sekiranya dapat memuaskan kebutuhan mereka. Untuk itu dibutuhkan segmentasi pasar.
Segmentasi pasar adalah proses pembagian pasar keseluruhan menjadi kelompok-kelompok pasar yang terdiri dari orang-orang yang secara relatif memiliki kebutuhan produk yang serupa. Maksudnya adalah untuk merancang suatu bauran pemasaran (atau lebih) yang secara tepat sesuai dengan kebutuhan para individu dalam segmen (atau segmen-segmen) pasar yang dipilih. Pengertian lainnya adalah proses membagi pasar keseluruhan suatu produk dan jasa yang bersifat heterogen ke dalam beberapa segmen, di mana masing-masing segmennya cenderung bersifat homogen dalam segala aspek.
Untuk membangun strategi segmentasi langkah awal yang dilakukan adalah menentukan pendekatan segmentasi yang sesuai dengan segmen yang ada di pasar. Umumnya ada 2 pendekatan utama segmentasi yaitu pendekatan a-priori dan pendekatan post-hoc.
Pendekatan A-priori adalah pendekatan yang dilakukan sebelum suatu penelitian dilakukan, dimana peneliti sudah mengkotak-kotak pasar berdasarkan ciri-ciri seperti yaitu geographic, demographic ,psichological , psichographic (life style), sociocultural, kesamaan kegunaan, kesamaan kondisi, benefit, dan segmentasi campuran..
Pendekatan post-hoc adalah pendekatan yang tidak mengkotak-kotak pasar sebelum data dikumpulkan dan dianalisis. Segmen dibuat setelah data dikumpulkan dan dianalisis sesuai dengan atribut-atribut yang dianggap penting oleh peneliti. Jadi pendekatan post-hoc adalah pendekatan yang berorientasi pada riset dan dikembangkan untuk produk-produk spesifik pada suatu jangkauan waktu tertentu. Dengan demikian kekuatannya sangat bergantung pada pengetahuan pemasar terhadap produk dan pasar yang ditekuninya. Pengetahuan inilah yang akan membimbing pemasar menentukan atribut-atribut yang layak digunakan sebagai dasar analisis segmentasi yang dilakukan. Pengetahuan ini menentukan kepekaan pemasar dalam mengamati pasar.
Klik disini untuk artikel versi Bahasa Inggris.

Yamaha V-ixion : The Giant Killer

Visits: 13

Sejak awal diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2007, animo masyarakat terhadap Yamaha V-ixion sudah sangat antusias. Ini terbukti dari ribuan konsumen yang mengantri untuk mendapatkan produk ini sejak bulan Februari. Kenapa Yamaha vixion begitu sukses meraih pasar hingga mengalahkan pesaingnya Honda Tiger ? Ini dia jawabannya

Sebelum mulai diproduksi,Yamaha V-ixion memposisikan diri sebagai motor sport untuk orang-orang yang berjiwa muda. Sebelum Yamaha V-ixion ikut berkompetisi meraih market ini, sudah ada lebih dulu Honda Tiger yang menyasar target pasar ini. Saat itu Honda Tiger merajai pasar motor sport kawula muda,dan relatif tidak ada pesaing. Ini yang membuat Yamaha merasa memiliki peluang untuk meraih pasar tersebut, karena sesuai aturan, sedikit kompetitor maka kesempatan sukses menjadi semakin besar.
Akan tetapi positioning bukan salah satu hal yang menjadikan produk ini sukses. Advertising juga berperan penting. Iklan Yamaha V-ixion diluncurkan jauh-jauh hari sebelum produk ini release, baik melalui word of mouth, ataupun below the line. Kenapa iklan diluncurkan sebelum produk release ? Karena ini penting untuk sosialisasi dan mengetahui animo masyarakat,sehingga target produksi untuk melayani para pelanngannya dapat terpenuhi.
Memang tidak mudah memasarkan suatu produk baru yang telah dimonopoli oleh produk lain, akan tetapi dengan strategi marketing yang tepat, maka monopoli dapat dikalahkan. Berkaca dari kasus Yamaha V-ixion, maka sebetulnya bagi kita yang sedang dan akan melakukan suatu bisnis, tidak perlu takut akan kompetitor. Dengan mengetahui kekuatan akan produk kita, kelemahan produk pesaing, akan selalu ada peluang untuk produk kita dalam rangka meraih pasar. Yang penting harus dipikirkan strategi marketing yang tepat dari awal. Di segmen mana anda memposisikan produk anda, lalu bagaimana cara menyampaikan dan memperkenalkan produk anda, dan tak lupa juga harus dipikirkan pelayanan apa yang dapat anda berikan untuk konsumen, dan berbeda dengan kompetitor kita. Yang terakhir adalah proses. Proses disini adalah bahwa langkah-langkah dalam penyampaian produk hingga ke tangan konsumen telah melalui suatu alur yang sistematis sehingga tidak ada kesalahan komunikasi di setiap departemen perusahaan. Produk yang akan sampai konsumen harus diyakini telah mengalami sentuhan setiap departemen di perusahaan, bagian produksi, marketing, sales, dsb.
Jangan merasa inferior terhadap produk yang anda miliki dibandingkan dengan produk milik kompetitor, justru sebaliknya adalah meramu produk yang anda miliki tersebut sehingga siap dalam pertarungan meraih pasar. Siapa tahu produk anda adalah “Pembunuh Sang Raksasa”. (Klik disini untuk artikel versi Bahasa Inggris).

Belajar Marketing Secara Sederhana

Visits: 22

Semua orang sering mendengar istilah marketing. Dalam pemahaman orang awam marketing adalah memasarkan suatu produk atau jasa kepada konsumen. Ya, pengertian itulah yang selalu tertanam dalam mindset setiap orang. Begitu kuatnya pengertian marketing ini hingga terkadang ada beberapa orang yang antipati.
Mau bukti ? Coba anda renungkan ! Pernahkah rumah anda dikunjungi oleh seseorang yang menawarkan produk dagangan kepada anda ? Bagaimana reaksi anda ? Tidak interest, acuh tak acuh hingga akhirnya menolak dengan bahasa halus karena gak mau dengar lagi ocehannya.
Sesempit itukah pengertian marketing ? Jawabannya adalah tidak ! Pengertian marketing adalah lebih dari sekedar menawarkan produk dagangan atau jasa kepada anda. Menawarkan adalah sales, dan sales adalah bagian dari marketing.
Marketing bukan hanya suatu teori, tetapi juga merupakan suatu seni. Bahkan Prof. Dr. Hermawan Kartajaya meredefinisi marketing sebagai suatu strategi bisnis. Strategi apa saja ? Banyak !! Sebut saja misalnya bagaimana agar suatu merk menjadi terkenal, bagaimana caranya memperoleh pelanggan loyal, dsb.
Marketing sebagi suatu seni bukan hanya untuk bidang bisnis saja. Suatu organisasi, sekolah, bahkan partai politik memerlukan seni marketing. Marketing sangatlah komplek, bukan hanya ilmu bisnis saja yang mendukungnya, akan tetapi juga didukung oleh ilmu komunikasi, statistik, ilmu sosial, dsb. Perlu waktu dan biaya banyak untuk menjadi seorang ahli marketing, dan mungkin anda sudah tidak ada waktu lagi untuk belajar di kelas.
Tapi marketing itu penting !!! Kalau anda punya usaha, tentunya usaha anda ingin dikenal bukan ? Atau mungkin pribadi anda ingin dikenal oleh orang lain. Ini namanya Personal Branding, bagian dari marketing. Tak perlu keluar biaya banyak untuk belajar marketing. Saya sarankan anda buka www.reachschools.org. Website ini memberikan pembelajaran yang mudah mengenai dunia marketing dan bisnis, yaitu melalui suatu cerita-cerita yang sedang terjadi saat ini. Coba saja anda simak salah satu artikelnya European Champions League Not Just Only Prestige. Disitu dijelaskan mengenai arti penting suatu merk dagang. Memang artikelnya berbahasa inggris, akan tetepai seorang pengusaha atau profesional seperti kita tentunya sudah paham Bahasa Inggris bukan ? Kalau belumpaham Bahasa Inggris ya anggap saja sambil belajar.
Karena marketing itu penting, saya sarankan agar anda mulai belajar dari sekarang. Dan kalau perlu add bookmark website tersebut dan bergabung dengan facebook page -nya untuk referensi belajar marketing anda.

Pengertian SWOT Analysis

Visits: 57

Analisis SWOT adalah suatu alat pengamatan yang digunakan sebagai dasar analisa untuk pembuatan kebijakan atau keputusan suatu bisnis maupun organisasi. Analisa SWOT ini berfungsi untuk menentukan visi dan misi perusahaan, program kerja, penentuan tenaga kerja, dan sebagai alat untuk evaluasi perkembangan proses pelaksanaan kerja. Sebelum suatu perusahaan menentukan suatu kebijakan, maka perlu diketahui hal-hal yang dapat mendukung terlaksananya kebijakan tersebut. Hal-hal tersebut meliputi Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat, atau disingkat dengan SWOT.

Strength merupakan suatu hal yang ada pada dirinya yang berupa kelebihan yang dimiliki dan tidak dimiliki oleh pihak lain atau kompetitor. Weakness adalah suatu kekurangan yang ada pada dirinya yang dapat menghambat kinerja suatu usaha. Opportunity adalah suatu kesempatan yang dimiliki oleh perusahaan untuk memperoleh keuntungan usaha. Threat merupakan tantangan dari luar dirinya yang sedapat mungkin harus dihilangkan agar visi dan misi perusahaan dapat terlaksana dengan baik.

Dalammelakukananalisa dan penentuan strategi SWOT, terdapat 5 Hal Yang Harus Diamati. 5 hal tersebut meliputi sumber daya manusia (Man), produk yang dimiliki (Material), metode pemasaran yang digunakan (Method), perlengkapan yang dimiliki (Machine), dan kondisi lingkungan perusahaan (Environment). Kelima hal ini disingkat 4M+1E.

Speed, Service, dan Culture

Visits: 98

Beberapa tahun lalu saya kuliah di sekolah milik negara dimana semua biaya kuliah hingga makan dan tidur di asrama ditanggung oleh negara. Pakaian yang digunakan untuk belajar pun menggunakan seragam layaknya seorang tentara yang sedang mengikuti pendidikan. Pokoknya perguruan tinggi ini berbeda dengan perguruan tinggi pada umumnya.

Ketika pertama kali masuk saya begitu kaget ketika malam-malam yang dingin saya bersama semua rekan-rekan satu asrama dibangunkan oleh para instruktur. Disuruh bergerak cepat berganti pakaian serta berkumpul di lapangan. Bentakan-bentakan serta tendangan-tendangan kaki instruktur ke lemari membuat kami semua takut dan bergegas mengenakan pakaian sebisanya. Ada yang lupa pakai kaos kaki, ada yang celananya terbalik, ada yang lupa pakai sepatu, hingga lupa tidakpakai baju sama sekali.
Selama 3 bulan pertama kuliah kami diperlakukan dengan sangat keras, dibenta-bentak, disuruh pushup, merayap.dan sebagainya. Terkadang kami merasa begitu lelah dan marah, apa maksudnya dari semua ini ? Kami kesini mau belajar, bukan untuk dimarahi. Demikian pikiran kami waktu itu.

Tiga bulan telah berlalu, setahun, empat tahun, hingga akhirnya saya lulus. Selanjutnya saya melamar pekerjaan di sebuah perusahaan swasta. Awal karir saya dimulai sebagai Management Trainee, dimana selain bekerja juga dilatih dan dididik dalam hal penerapan budaya kerja. Alangkah kagetnya saya ketika menghadapi kenyataan bahwa dunia kerja memerlukan proses yang cepat, disiplin yang tinggi.

Perusahaan ditempat saya bekerja selalu mengedepankan 3 hal penting dalam bekerja yaitu speed, service, dan culture. Speed berarti kecepatan dalam bekerja. Cepat disini bukan berarti cepat namun tergesa-gesa, akan tetapi cepat penuh perhitungan, serta cepat dalam berpikir dan mengambil keputusan. Para pekerja dituntut untuk dapat bertindak dan mengambil keputusan dengan cepat dan tepat dalam suatu kondisi darurat. Untunglah saya sewaktu kuliah dulu dilatih kerja cepat, walau waktu itu sambil dibentak-bentak oleh instruktur atau senior. Pekerjaan yang saya lakukan memang berbeda dengan dunia kuliah saya dulu, akan tetapi karena sudah terlatih bertindak cepat sewaktu kuliah, maka secara alamiah tingkah laku seperti itu terbawa ke dunia kerja.

Service berati melayani. Perusahaan tempat saya bekerja menuntut agar semua karyawannya dapat melayani pelanggan sepenuh hati, karena pelanggan adalah sumber pendapatan bagi perusahaan. Tanpa pelanggan perusahaan tidak akan maju. Lagi-lagi saya beruntung kuliah di di sekolah negara. Bukan hanya dibentak-bentak untuk bertindak cepat, akan tetapi juga disuruh kesana kemari oleh instruktur maupun senior. Terkadang suruhannya pun bagi kami waktu itu merasa tidak masuk akal. Mana ada taruna (siswa yang bersekolah ditempat itu dinamakan Taruna untuk siswa laki-laki, dan Taruni untuk siswa perempuan) disuruh nyuapin patung ?? Jengkel sekali saya waktu itu. Tapi perintah adalah perintah, tidak yang boleh membantah. Dipaksa sedemikan rupa untuk dapat melayani melaksanakan perintah tuannya dengan baik. Demikian pula halnya dengan perusahaan tempat saya bekerja ini, mengharuskan karyawannya untuk melayani pelanggannya serta kolega yang lain dan melaksanakan perintah atasan dengan sebaik-baiknya. Secara alamiah saya pun bisa mengatasi tuntutan itu.

Tempat kuliah saya itu memang terkenal dengan disiplin yang ketat. Salah sedikit disuruh push up, atau lari. Makin banyak salahnya terkadang disuruh merayap. Saya merasakan bahwa bersekolah di sekolah tersebut adalah luar biasa lelah. Bangun pagi-pagi untuk olah raga pagi, berbaris untuk upacara bendera, hingga malam menjelang berbaris untuk pengecekan siswa pun masih dilakukan. Begitu setiap hari saya lakukan, selama 4 tahun ! Bisa dibayangkan alangkah jenuhnya kegiatan seperti itu. Pepatah mengatakan “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Itulah yang saya rasakan saat ini. Setelah selama 4 tahun merasa lelah bersekolah di sekolah tersebut, akhirnya saat ini saya merasakan manfaatnya yang luar biasa. Hal ketiga yang harus dipunyai oleh karyawan di perusahaan tempat saya bekerja adalah culture. Culture berarti budaya. Budaya disini adalah budaya kerja keras, budaya disiplin, dan budaya tekun. Budaya yang selama ini secara tidak sadar telah saya latih sendiri bebrapa tahun yang lalu sewaktu kuliah.

Pada akhirnya saya menyadari dan merasa beruntung bahwa bersekolah bukan hanya untuk mengisi pengetahuan semata, akan tetapi sebagai wahana untuk melatih diri dalam bertindak cepat, melakukan pelayanan yang baik, hingga akhirnya membentuk karakter diri yang memiliki budaya kerja yang baik serta disiplin yang tinggi. Bersyukurlah anda apabila sewaktu sekolah masih ada guru yang membentak-bentak anda ataupun menyuruh anda, lebih beruntung lagi apabila anda menyadari bahwa ketika anda dimarahi atau dipaksa untuk melakukan sesuatu, anda sadar bahwa guru anda sedang melatih anda agar tangguh menghadapi rintangan dunia kerja maupun kehidupan bermasyarakat.

Apapun bentuk kerjanya ataupun usahanya, Speed, Service, dan Culture) akan selalu ada, dan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan anda. Oleh karena itu persiapkan diri anda agar selalu bergerak cepat dalam berpikir dan bertindak, selalu ikhlas dalam melayani setiap orang, serta latih diri anda dari sekarang untuk memiliki karakter diri yang memiliki budaya kerja yang baik dan berdisiplin.