Views: 19
Saya meyakini bahwa setiap orang memiliki gaya dan jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan yang dimaksudkan ini adalah kepemimpinan dalam mengelola dirinya sendiri ataupun juga mengelola orang lain. Kepemimpinan bukan saja suatu ilmu, akan tetapi kepemimpinan juga adalah suatu seni. Setiap orang memiliki karakter masing-masing, dan karekter tersebut akan terbawa dan tercermin ke dalam gaya kepemimpinan dan gaya komunikasi orang tersebut. Akan tetapi bentuk apapun gaya kepemimpinan anda, anda tidak akan dapat menyenangkan semua orang yang anda pimpin. Kenapa demikian?
Beberapa waktu yang lalu saya mendapat tugas menjadi ketua panitia suatu kegiatan. Sebagai seorang ketua, sudah tentu saya wajib dan memiliki kewenangan dalam merancang konsep kegiatan, anggaran biaya, hingga mobilisasi rekan-rekan kerja. Tugas yang menjadi tanggung jawab saya, saya kerjakan sebaik mungkin dan diusahakan sebisa mungkin agar dapat diterima oleh seluruh anggota tim yang saya pimpin. Saya berusaha agar dapat menyenangkan semua anggota tim saya! Tapi ternyata itu tidak bisa, kebijakan dan tindakan yang saya lakukan tidak dapat membuat semua orang senang. Ketidaksenangan ini sebetulnya bukan kepada sisi pribadi, namun kepasa sisi kebijakan dan leadership.
Setiap orang memiliki opini atas apa yang baik untuk dirinya. Bahkan juga bisa jadi memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Jika kepentingan atau opini ini berseberangan dengan kebijakan atau keputusan yang telah kita buat, sudah tentu ini akan memunculkan rasa tidak senang. Jika tidak senang ini hanya sesaat, hanya berdasar kepada suatu kebijakan, ini bukanlah persoalan yang besar, sebab tak berapa lama hal ini akan hilang dengan sendirinya, dan suasana akan kembali berjalan normal. Namun apabila rasa tidak senang ini berujung kepada kedengkian atau rasa tidak suka secara personal, maka hal ini akan berimbas pada menurunnya kinerja, kerjasama, dan komunikasi. Dan hal ini adalah hal yang sangat buruk dan harus dihindari.
Memang setiap kebijakan tidak akan membuat orang setuju atau senang, akan tetapi kita sebagai pemimpin harus memiliki daya pikir yang jauh ke depan. Kita harus dapat menentukan apa yang terbaik untuk kita, tim, dan institusi secara keseluruhan di masa mendatang, walaupun kadangkala penentuan keputusan tersebut akan membuat beberapa rekan kerja kita menjadi tidak suka kepada kita. Akan tetapi adalah lebih baik mengorbankan perasaan tidak senang sesaat daripada kita mengorbankan masa depan sendiri, tim, maupun institusi.Disinilah sebenarnya sikap seorang pemimpin diuji. Seorang pemimpin memang tidak perlu merasa ingin disukai oleh semua orang, sebab ini tidak akan mungkin terjadi. Oleh karena itu, memikirkan masa depan tim, institusi, dan reputasi pribadi adalah hal yang ideal yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin, walaupun mungkin kebijakan kita akan dikomentari negatif oleh tim. Namun apabila keputusan kita benar, dan yakin bahwa tim dan institusi akan terselamatkan, kita hanya tinggal menunggu waktu saja untuk semua anggota tim memahami dan membenarkan kebijakan atau keputusan yang telah kita buat. Kita hanya tinggal memikirkan untuk mengolah komunikasi kita agar hubungan baik tetap terjaga. Sekali lagi,seorang pemimpin tidak akan dapat menyenangkan semua orang.