Views: 24
Paradigma baru dalam model pembelajaran kepemimpinan telah ditemukan melalui sistem nilai generatif, dan dirilis oleh Integral Cultural Creatives, Dr. Paul Ray, 2002. Dan penyebaran benih untuk warisan kepemimpinan baru telah ditaburkan di atas lanskap yang telah berubah. Revolusi leadership telah merubah segala hal tentang leadership meliputi pengertian, tujuan, target, dan pengelolaan.
Berikut adalah transformasi kepemimpinan dalam abad ke-21 yang membentuk paradigma baru dalam suatu kepemimpinan:
1. Pemimpin ingin kemajuan dan prestasi dengan membuka pintu peluang dengan benar.
Ini adalah otoritas intuitif, pewahyuan, dan transformatif otentik dalam tindakan. Mereka ingin dipersiapkan dengan baik dan dilengkapi untuk aplikasi kecerdasan spiritual dalam tujuan pemenuhan kepemimpinan dan dalam kehidupan organisasi.
2. Pemimpin ingin melakukan perubahan dan melakukan rekonsilisasi atas apa yang kurang dimanfaatkan atau hilang dari periode kepemimpinan sebelumnya.
Mereka ingin mengoptimalkan (dalam lingkungan tertentu dan dalam hati orang lain) semua kecerdasan spiritual yang dimiliki dirinya dan bawahannya untuk bisa digunakan dalam melayani masyarakat.
3. Pemimpin ingin membentuk pasar dengan menyamaratakan lapangan bermain untuk semua orang.
Hal ini dilakukan dengan memberikan kesempatan bagi orang lain untuk memperoleh pengalaman nilai, keterampilan, dan kebijakan melalui demonstrasi solusi untuk setiap kali permasalahan.
4. Pemimpin ingin memobilisasi kaum muda.
Secara spiritual, pemimpin abad ke-21 yang cerdas memfokuskan organisasi dalam mempersiapkan dan memperlengkapi kaum muda sebagai garis depan dengan berbagai pengalaman dan latihan keterampilan, sehingga mereka menjadi sumber daya yang handal dan semangat mereka dalam mewujudkan misi organisasi semakin tereksploitasi.
5. Pemimpin ingin secara etis untuk berpartisipasi dan mengontrol distribusi sumber daya dengan tepat melalui analisa kekayaan transferensi.
Mereka ingin mengambil bagian dalam pembentukan suatu warisan sistem yang dijadikan dasar untuk pencapaian tujuan inti di masa depan. Mereka berupaya untuk membantu menciptakan dan melestarikan suatu tradisi baru (baik itu tujuan maupun sistem manajemen).
Pemimpin abad ke-21 berusaha untuk hidup dari atribusi syukur, sehingga memperluas dan memperkaya kesadaran beroperasi dari tindakan yang benar-benar terinspirasi. Mereka ingin mendeklarasikan diri sebagai kekuatan yang tangguh, siap untuk “all out” dalam berbagai pekerjaan untuk tujuan organisasi yang baik.
Terlepas dari perusahaan, militer, akar rumput, pemuda, menteri, atau peran kepemimpinan global, subjek tujuan kepemimpinan adalah penting. Apapun bentuk organisasinya, apakah itu industri bisnis atau organisasi non bisnis, kepemimpinan otentik di abad 21 merespon dorongan perasaan untuk membangun secara bersama-sama dan memberikan kesempatan dan memfasilitasi pada kaum muda untuk berkarya dan mengeksploitasi dirinya.