Social Media Marketing

Visits: 19

Belakangan ini kita diperlihatkan pada euforia penjualan telepon seluler (ponsel) yang tak seperti biasa. Kalau sebelumnya orang hanya memilih Nokia, Sony Ericsson, Samsung, LG, atau Motorola, sekarang kenyataan berbicara lain. Konsumen Indonesia beramai-ramai asyik memilih ponsel merek lokal—walau tak satu pun diproduksi di dalam negeri, seperti HT Mobile, ViTell, StarTech, Mito, My-G, dan lain-lain, karena faktor model, kelengkapan fitur, dan harga yang ditawarkan.
Sebagai marketer—tanpa dijelaskan pun—tentu sudah tahu apa alasan besarnya, yakni karakteristik pasar. Sudah sering dibahas bahwa pasar dalam negeri suka sekali bergaya, sehingga kalau tidak mampu membeli Blackberry—yang harganya mahal, mengutak-atik ponsel mirip Blackberry pun tidak masalah. Yang penting gaya.
Kemudian, kelengkapan fitur juga memiliki pengaruh besar terhadap permintaan ponsel merek lokal. Kenapa? Karena konsumen senang sekali apabila ponselnya dianggap canggih, meski tak semua fitur dipergunakan. Tetapi, lupakan soal itu. Sebab ada yang lebih berpengaruh lagi dibanding semua itu, yakni Facebook.
Betul, Facebook. “Hantu” yang satu itu memang cukup luar biasa keberadaannya. Bayangkan, saat ini sudah ada sekitar 15,3 juta orang (data: e-marketer) terdampar dalam Facebook. Padahal, satu bulan sebelumnya (Desember 2009), anggota Facebook tercatat masih 13,8 juta. Sebuah lonjakan yang fantastis.
Para pemasar, saya yakin Anda juga termasuk salah seorang yang hanyut di “danau” Facebook. Setiap orang memiliki kedudukan dan hak yang sama untuk menyampaikan informasi, pendapat, atau apa pun, secara dua arah. Semua yang terlibat bisa saling beradu argumen dengan bebas di alam keterbukaan ini.
Kekuatan Jejaring
Harus diakui bahwa antara kehadiran Facebook dan larisnya ponsel merek lokal akhir-akhir ini terdapat korelasi yang erat. Booming Facebook sebagai media jejaring sosial (social media) telah membuat bangsa ini “gila” terhadap puji-memuji, bantah-membantah, dukung-mendukung, cela-mencela, dan lain sebagainya.
Tetapi di dalam benak pemasar, bukan itu yang paling penting. Yang paling penting adalah bagaimana manfaatkan sumber kegilaan semacam itu menjadi media beriklan paling efektif sejagad ini. Istilahnya, menjadikan Facebook sebagai social media marketing, yaitu strategi pemasaran yang dilakukan melalui media jejaring sosial.
Tidak hanya Facebook dan kawan-kawannya. Website, Blog, microblog, photo sharing, dan video sharing juga termasuk dalam kategori social media marketing. Alasannya, mereka sama-sama bersifat ”dari anggota untuk anggota dan dari anggota untuk semua”, juga bersifat dua arah.
Enaknya, karena memiliki anggota atau pembaca yang jelas, para pakar pemasaran menilai menggunakan social media marketing akan lebih efektif daripada cara-cara promosi konvensional. Ya, akan lebih efektif, karena: pertama, anggota atau pembaca atau pengakses media jejaring sosial itu jumlahnya sudah banyak. Kalau belum? Jika masih sedikit, jelas tidak akan efektif. Sama seperti beriklan di surat kabar atau majalah. Jumlah tiras akan menjadi pertimbangan khusus bagi para pengiklan.
Kedua, tingkat penetrasi pasar yang lebih mudah karena semua orang kini tidak lepas dari internet.
Ketiga, biaya murah melalui iklan online. Dewasa ini internet dijejali dengan iklan-iklan yang sudah memiliki brand maupun yang baru melakukan ekspansi. Dan cara pembuatannya pun sangat mudah, bahkan tidak perlu sekolah tinggi untuk membuat suatu gambar iklan yang ditempel di suatu web.
Lebih Akrab
Ada satu contoh menarik dalam penerapan social media marketing yang diterapkan produsen komputer Dell dan bisa ditiru oleh perusahaan-perusahaan lain. Melalui IdeaStorm (website-nya), perusahaan asal Amerika Serikat tersebut menjalin kedekatan dengan pelanggan, mengeruk keluhan-keluhan dari mereka, menunggu kritik dan saran, juga menginformasikan hal apa pun yang ditawarkan perusahaan.
Karena sudah tidak ada batasan lagi mengenai status ”siapa pemilik” dan ”siapa tamu” IdeaStorm—karena produsen Dell dan konsumennya dapat bercampur baur di dalamnya tanpa sekat—maka kedua pihak akan saling diuntungkan. Dell dapat mempromosikan produknya secara langsung ke target market, atau setidaknya ke banyak orang yang sudah merasa menyatu dengan IdeaStorm, sehingga sasaran yang dituju betul-betul tepat.
Itu yang pertama. Yang kedua, Dell dapat mengetahui atau menerima langsung keluhan-keluhan yang disampaikan oleh konsumennya. Keluhan-keluhan itulah yang kemudian menjadi bahan Dell untuk melakukan perbaikan ke depan. Wadah ini sekaligus juga mengarahkan kepada pasar bahwa jika mempunyai keluhan atas kualitas produk dan lain-lain, sampaikan saja ke Dell secara langsung. Jangan ke media massa yang lebih terbuka dan cenderung merugikan.
Ketiga, dengan social media marketing seperti IdeaStorm, Dell mampu mempengaruhi calon konsumen untuk menjadi konsumen, konsumen menjadi pelanggan, pelanggan menjadi pelanggan loyal, dan akhirnya pelanggan loyal itu benar-benar jatuh hati hingga merasa memiliki “kekasih pujaan yang satu ini”. Kalau sudah begitu, Dell tinggal memetik buah cintanya dengan pelanggan.
Saya kira contoh itu sudah cukup jelas menggambarkan bagaimana manfaat penerapan social media marketing di masa yang akan datang, entah melalui jejaring sosial, website, blog, microblog, atau video sharing sekali pun. Jadi, seiring dengan berkembangnya zaman, mendekati dan mendekatkan diri kepada konsumen melalui social media marketing adalah satu pilihan yang lain.

Klik disini untuk versi Bahasa Inggris

Leave a Reply

Your email address will not be published.